Tak hanya Moms, ayah pun memiliki peran penting dalam perkembangan anak, baik fisik, kognitif, hingga emosionalnya. Ketidakhadiran ayah, baik secara fisik maupun psikologis, berdampak besar pada anak hingga ia dewasa. 

Berdasarkan  survei, Indonesia menempati peringkat ke-3 sebagai negara tanpa ayah atau fatherless country. Dikutip dari antara, menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), fatherless diartikan sebagai anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah, atau kehadiran ayah tidak berperan maksimal dalam pengasuhan anak.

Baca Juga: Peran Ayah dalam Perkembangan Anak

Tingginya fenomena fatherless di Indonesia, menurut KPAI, sebagian besar disebabkan oleh nilai tradisional masyarakat yang memisahkan peran gender ayah dan ibu, di mana tanggung jawab domestik, termasuk pengasuhan anak dibebankan kepada ibu. Sementara ayah mencari nafkah. Padahal, anak membutuhkan kehadiran kedua orangtuanya.

Ketidakhadiran ayah dalam tumbuh-kembang anak dapat berdampak pada hal-hal berikut:

Kurang percaya diri

Ketika anak merasa diabaikan oleh ayahnya karena ayah tidak terlibat dalam kehidupannya, ia cenderung tumbuh menjadi orang yang kesulitan mengelola emosi dan merasa kurang percaya diri. Serta kesulitan dalam berinteraksi sosial, sehingga tak sedikit yang menarik diri dari lingkungan, Moms.

Masalah perilaku

Anak fatherless kesulitan menyesuaikan diri di lingkungan sosial dan sering terlibat masalah terkait pertemanan.  Bentuknya bisa berbeda-beda, tetapi banyak yang menjadi angkuh dan mengintimidasi orang lain untuk menutupi rasa takut, benci, cemas, dan ketidakbahagiaannya.

Baca Juga: Begini Cara Mendekatkan Hubungan Ayah dengan Anak

Prestasi akademik yang rendah

Rendahnya prestasi akademik di sekolah bisa disebabkan oleh banyak faktor, ketidakhadiran ayah dalam kehidupan anak adalah salah satunya. Menurut psycologytoday.com, 71 persen siswa SMA yang dikeluarkan merupakan anak fatherless.

Kenakalan remaja dan penyalahgunaan NAPZA

Anak fatherless cenderung memiliki masalah saat beranjak dewasa, khususnya anak perempuan yang ayahnya tidak hadir rentan dieksploitasi laki-laki dewasa. Begitu pula dengan penyalahgunaan NAPZA.

Rentan menjadi korban eksploitasi dan kekerasan

Anak fatherless berisiko 5 kali lebih tinggi mengalami kekerasan fisik, emosional, dan seksual dibandingkan anak yang ayahnya berperan aktif, Moms. Penelitian menunjukkan anak di bawah usia sekolah yang tidak tinggal dengan kedua orangtua kandungnya 40 kali rentan mengalami kekerasan seksual.

Masalah kesehatan mental

Masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, bahkan bunuh diri, lebih besar kemungkinannya dialami oleh anak fatherless.

Masalah kesehatan fisik 

Tak hanya memengaruhi kesehatan mental, anak fatherless dilaporkan lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan, seperti nyeri akut dan kronis, asma, sakit kepala, dan sakit perut. 

Sosok ayah sebagai panutan anak sangat dibutuhkan, terutama ketika anak berada dalam periode emas, yaitu usia 7 - 14 tahun dan 8 - 15 tahun. Ini tidak berbicara mengenai kasus di mana ketiadaan sosok ayah bagi anak disebabkan oleh faktor yang tidak bisa dikendalikan, misalnya meninggal dunia di saat anak masih kecil.

Memperkuat peran ayah bisa dilakukan dengan hadir dan menyediakan waktu untuk anak, serta menunjukkan rasa kasih sayang. Pengasuhan anak merupakan tanggung jawab kedua orangtua, agar anak tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Baca Juga: Ide Seru Permainan Ayah dan Balita di Rumah