Menikah tidak seindah cerita Cinderella. Ada manis, pahit dan kesulitan yang sering kali membuat lelah fisik dan emosi. 

Masih ingatkah Moms momen-momen awal cerita cinta bersama pasangan? Di mana hati berdebar, senyum malu-malu, dan dunia terasa berhenti? Kini, setelah sekian tahun berumah tangga, rasa itu terkikis sedikit demi sedikit. Kesulitan dalam menghadapi persoalan rumah tangga, sikap pasangan yang tidak sesuai ekspektasi Moms, membuat lelah fisik dan mental sehingga menimbulkan “marriage burnout.”

Baca Juga : Mommy Burnout, Kenali, Hindari, dan Atasi

Kelelahan emosional 

Burnout adalah kondisi kronis yang disebabkan oleh lelah emosional, fisik, dan mental. Ini terjadi setelah Moms mengalami stres dan emosi dari situasi sosial dalam jangka panjang,   kondisi yang tidak sesuai ekspektasi serta asumsi bahwa pasangan adalah sosok yang ideal dan sempurna. Jika hal ini terjadi berlarut-larut dapat berujung pada perceraian.

Marriage burnout mengacu pada kelelahan emosional dan penurunan aktivitas fisik dan emosional yang dialami pasangan karena gagal dalam menangani masalah dalam keluarga.  Misalnya kelelahan emosional, kelelahan kerja, dan kegagalan dalam memenuhi ekspektasi dalam pernikahan. 

Terdapat tiga tingkatan dalam marriage burnout, dan berkaitan dengan usia pernikahan, status pekerjaan Moms dan pasangan, dan kehadiran anak di dalam pernikahan. Ketiga tingkatan tersebut adalah kelelahan emosional, depersonalisasi, dan rendahnya pencapaian pribadi. 

Perbaiki sebelum terlambat

Marriage burnout bisa dialami oleh setiap pasangan. Tidak pandang berapa lama masa pacaran Anda dan pasangan. Tapi Moms tidak perlu khawatir, marriage burnout bisa dicegah kok, Moms.  

Berikut beberapa tip untuk mencegah marriage burnout yang bisa Moms coba:

Mengenali cara pasangan merasa senang dengan sederhana dapat dicoba, Moms. Misalnya membuatkan teh di pagi hari. Lakukan hal kecil yang bermakna, namun tidak membebankan pasangan untuk melakukan sebaliknya.  Karena,  ketika “hadiah” tersebut membutuhkan pujian atau timbal balik, nilainya hilang dan Moms jadi berharap mendapat imbalan yang sama..

Baca Juga : Kenali Bahasa Cinta Si Kecil

Pasangan dianjurkan untuk memiliki ritual atau kebiasaan agar memberi rasa stabil dan panjang umur dalam sebuah hubungan. Misalnya, sarapan bersama tiap pagi, memasak, membereskan rumah, atau mengurus hewan peliharaan bersama. Nilai dalam kegiatan sederhana ini dapat membangun koneksi antara Moms dan pasangan.

Moms tidak perlu menjadi komedian untuk menghibur pasangan, hanya pahami selera humornya. Misalnya sesederhana membagikan cerita, meme, atau lelucon yang lucu bagi pasangan. 

Marriage burnout atau kelelahan dalam pernikahan juga dapat terjadi akibat kurangnya apresiasi dari pasangan. Ingatkan pasangan seberapa besar cinta dan apresiasi terhadapnya, terutama saat Moms mengalami frustasi atau kekecewaan dalam hubungan. Ini dapat memperkuat komitmen Moms pada pasangan dan pada diri sendiri.

Ketika Moms dan pasangan berada di tempat yang berbeda, usahakan untuk menggunakan fitur chat untuk memberinya kejutan agar hubungan semakin kuat.

Sangat penting untuk memahami bahwa Moms dan pasangan merupakan dua individu yang memutuskan untuk hidup berdampingan dan menciptakan identitas bersama. Pernikahan adalah tentang komitmen dan butuh peran kedua pihak untuk memenuhi kesepakatan pernikahan di awal.

Baca Juga : Kiat Mesra Walau Ada Anak