Bisa dibilang saya salah satu ibu dengan kondisi hiperlaktasi di mana tubuh saya lebih banyak memproduksi ASI dibanding dengan kebutuhan si bayi. Hiperlaktasi jika tidak ditangani dengan baik bisa berisiko mastitis, bengkak, dan ASI tersumbat. 

ASI berlebih

ASI saya mulai keluar sejak UK 16 minggu, awal mula cuma setetes, makin besar UK ASI nya makin banyak yang keluar,  sampai tembus ke baju. Selama hamil,  saya selalu memakai  breast pad,  kalau lupa,  baju bisa basah kuyup. Kondisi ini bisa saya tidak pede, apalagi saat itu saya masih ngantor. 

Baca Juga : Camilan Ibu Menyusui yang Sehat & Lezat

Karena itu selama hamil saya berteman baik dengan warna gelap dan motif. Hperlaktasi ini sudah saya alami sesaat setelah melahirkan. Selesai proses sesar, baju saya sudah banjir ASI, bahkan  sampai ke mengalir ke perut.  Bidan dan dokter yang datang untuk check, heran melihat kondisi saya yang basah dengan ASI. Karena saya tidak bawa breastpad ke rumah sakit, akhirnya bidan menyarankan saya untuk memakai  pembalut agar ASI tidak merembes ke mana-mana. Dokter laktasi  mengajari saya untuk menyusui dengan pelekatan yang tepat. Selain itu, dokter  menyarankan saya untuk rutin  melakukan pumping setiap 2 jam sekali,  sebelum dan sesudah menyusui,  agar tidak mengalami mastitis, bengkak dan ASI tersumbat. 

Saran dokter ini saya ikuti. Pertama kali pumping di RS,  saya dapat 30-50ml dan kuantitas ASI semakin meningkat dengan rajin pumping.  Sekali pumping kanan kiri,  di minggu awal bisa mendapat  300ml. Freezer di rumah  sampai full tank.  Sedangkan saya mengutamakan DBF. ASIP buat stok selama saya kerja nanti.  Karena freezer full,  akhirnya saya titipkan di kulkas Mama.  Pada akhirnya saya juga beli freezer khusus ASI. 

Akibat hiperlaktasi

Hiperlaktasi memang cukup merepotkan. Kondisi ini juga bisa membuat bayi tersedak karena aliran ASI yang sangat deras. Pada ibu, hiperlaktasi bisa menimbulkan beberapa masalah berikut ini:  

Kurang tidur 

Karena payudara cepat penuh,  jadi walaupun bayi tidak menyusu, kita tetap harus mengeluarkan ASI dengan pumping 2 jam sekali.

Baca Juga : Peran Suami Agar Produksi ASI Lancar

Tidak nyaman 

Ketika payudara penuh tapi bayi tidak mau menyusu, sakitnya  bukan main. Kalau tidak cepat-cepat dikeluarkan ASInya akan keluar sendiri dan membuat baju basah kuyup. 

Ketergantungan mesin pumping 

Selain harus rajin DBF,  juga harus rajin pumping. Makanya mesin pumping selalu dekat dan dibawa ke mana pun saya pergi. Check up pun bawa alat pumping. DBF dan pumping di mana pun. 

Hiperlaktasi memang membuat saya repot, harus rajin-rajin pumping dan baju jadi basah terus karena ASI tidak berhenti keluar. Namun di sisi lain saya harus banyak bersyukur karena diberikan berkah dalam bentuk ASI yang berlebih. Sombong sekali jika saya membenci diberikan ASI banyak seperti ini, sedangkan siapa yang akan menjamin pasokan ASI saya bisa seperti ini terus.

Baca Juga : Masitis atau Infeksi Payudara