Plagiocephaly, atau sindrom kepala datar, terjadi ketika kepala bayi rata di satu sisinya. Hal ini terjadi karena bayi cenderung menghabiskan waktu berbaring telentang. Namun jangan khawatir, Moms, karena bisa diperbaiki dan tidak membuat si Kecil mengalami gangguan tertentu.

Satu studi menemukan bahwa hampir setengah dari semua bayi berusia 7 hingga 12 minggu menderita plagiocephaly. Dari jumlah tersebut, 78 persen memiliki kasus ringan.

Gejala plagiocephaly dapat dengan mudah terlihat, yaitu  kepala bayi rata pada satu sisi (seringkali bagian belakang kepala) dan berbentuk runcing. Tetapi jangan khawatir, Moms, umumnya bayi yang mengalami sindrom kepala datar tidak mengalami kelainan dalam perkembangannya, seperti terlambat belajar atau efek negatif pada kesehatan lainnya.

Baca Juga: Yuk, Cari Tahu Kebutuhan Tidur si Kecil

Kebiasaan tidur telentang dianggap sebagai penyebab bayi berkepala datar. Sebenarnya posisi  tidur telentang adalah posisi yang baik untuk bayi. Posisi ini direkomendasikan oleh dokter anak untuk mengurangi risiko kematian mendadak pada bayi atau disebut Sudden Infant Death Syndrome (SIDS). 

Baca Juga: SIDS, Kematian Mendadak pada Bayi

Namun dampaknya,  kepala bayi memang akan menjadi datar. Karena kepala bayi yang masih lunak sangat mudah “dibentuk”, tekanan apa pun pada tengkorak bayi dapat menyebabkan sindrom kepala datar. 

Sindrom kepala datar bisa juga terjadi saat bayi lahir. Bayi yang lahir kembar, serta bayi yang besar dibanding usia gestasional memiliki kemungkinan lebih besar terlahir dengan sindrom kepala datar karena adanya tekanan ekstra saat melalui jalur lahir. 

Berikut ini penyebab paling umum sindrom kepala datar pada bayi adalah:

  1. Tidur telentang di atas kasur yang keras, sehingga menekan bagian belakang kepalanya
  2. Terlalu lama berbaring telentang di kursi mobil atau ayunan
  3. Tekanan pada tengkorak saat bayi keluar melalui jalan lahir
  4. Tekanan berkepanjangan di rahim (seperti anak kembar yang posisi kepalanya saling menempel)
  5. Penggunaan alat bantuan lahir, seperti vakum atau forsep, yang dapat membentuk tengkorak bayi.

Sindrom kepala datar umumnya dapat Moms tangani di rumah, misalnya dengan membiarkan bayi setidaknya 30 menit waktu tengkurap setiap hari ketika dia bangun, mengganti posisi tidur bayi, lebih sering menggendongnya, dan mendudukkannya dengan tegak saat menyusui dengan botol.

Baca Juga: Sleep Training Bayi Agar Tidur Teratur

Perlu diperhatikan, prioritas pertama Moms adalah mencegah SIDS dan gangguan tidur lainnya. Tidur terlentang memang dapat meningkatkan risiko sindrom kepala datar, tetapi mengurangi risiko SIDS yang lebih fatal.

Lagipula, sindrom kepala datar umumnya terjadi saat bayi berusia 6 minggu hingga 2 bulan, dan hampir selalu sembuh sepenuhnya saat ia berusia 2 tahun, terutama jika Moms secara teratur mengurangi durasi bayi telentang.

Sindrom kepala datar mungkin sedikit mengkhawatirkan, terutama bagi Moms muda, tetapi sindrom ini jarang menyebabkan efek negatif apa pun pada bayi, dan biasanya sembuh sendiri dalam beberapa bulan.