Tantrum adalah perilaku yang ditampilkan anak untuk meluapkan emosinya dengan cara menangis kencang, berguling-guling, atau menyakiti dirinya atau orang lain. Tantrum biasanya mulai tampak nyata pada usia 1-4 tahun. 

Tantrum sebenarnya adalah bagian normal dari perkembangan emosi anak. Semakin bertambah usianya, emosi yang dirasakan anak akan semakin bervariasi dan letupan emosi ini kadang tidak sejalan dengan kemampuannya mengekspresikan emosi. Tapi, apa sih sebenarnya penyebab anak tantrum? 

Baca Juga : Membangun Citra Tubuh Positif pada Anak Sejak Dini

Belum tuntas belajar kecewa 

Istilah “belajar kecewa” adalah istilah yang saya pinjam dari psikolog anak Toge Aprilianto (Omge) yang aktif membagikan tip pengasuhan melalui akun instagram pribadinya @latihati. Belajar kecewa mutlak diperlukan oleh anak agar mampu menghadapi kenyataan bahwa tidak semua keinginannya bisa ia dapatkan. Anak-anak yang belum tuntas belajar kecewa akan menampakkannya melalui perilaku tantrum yang bisa menyakiti dirinya atau sekitarnya. Menurut psikolog anak satu ini, anak-anak yang tidak tuntas belajar kecewa akan menjadi manusia yang tidak sanggup dewasa dan tidak mampu hidup harmonis dengan orang lain. 

Tidak tahu cara menyalurkan kecewanya dengan cara yang aman dan nyaman

Bagaimana cara belajar kecewa? Dengan memfasilitasi si anak menunaikan rasa kecewanya melalui cara yang aman dan nyaman. Aman artinya tidak merugikan dirinya dan orang lain. Nyaman artinya bisa membuatnya lega. Saat anak tantrum yang dipicu oleh reaksi emosi kecewanya, yang bisa Moms lakukan adalah tetap berada di sampingnya, pasif, biarkan dia meluapkan emosinya, dan pastikan dia aman. Jika dia melakukan hal yang berbahaya, Moms bisa menghentikan pergerakannya dengan memeluknya erat. Apabila si Kecil sudah tuntas meluapkan emosinya, Moms bisa jelaskan kenapa tadi dia “diamankan” dan contohkan bagaimana cara menyalurkan emosi yang baik.

Baca Juga : Simak Cara Mendidik Anak dengan Gentle Discipline

Sebuah strategi 

Menurut Omge, reaksi emosi tidak selalu merupakan penyebab anak tantrum. Tantrum juga bisa merupakan sebuah strategi yang dilancarkan anak untuk memaksa mendapatkan apa yang dimaunya. Saat menghadapi “strategi”, orang tua harus abai lahir batin dan mengamankan benda atau orang yang menjadi “korbannya”. Jika situasi saat itu tidak layak belajar, sebaiknya kabulkan permintaannya daripada anak mengganggu. Seandainya permintaannya tidak mungkin dikabulkan, Moms harus “mengamankan” si Kecil, misal dengan mengungsikannya ke tempat lain dengan paksa. Tapi setelah situasinya aman, Moms harus meminta maaf dan mengajukan ganti rugi pada anak karena telah memaksanya dan membuat anak merugi. 

Nah, ternyata cara menghadapi anak tantrum berbeda tergantung penyebabnya ya, Moms. Moms harus peka mengenali penyebab anak tantrum adalah emosi atau hanya strateginya agar bisa meresponnya dengan tepat. Tujuan akhirnya, agar anak bisa tuntas belajar kecewa dan sanggup dewasa.

Baca Juga : Mendidik Anak Agar Tidak Egois Tanpa Memaksanya Berbagi