Perasaan rendah diri atau inferior biasanya muncul, salah satunya karena sering dibanding-bandingkan dengan anak lain. Anak yang mengalami ini merasa seolah-olah ia gagal dan selalu salah. Simak artikel berikut untuk memahami kondisi psikologis satu ini, serta mencegahnya terjadi pada si Kecil.

Beberapa orang tua sering membandingkan anaknya dengan anak lain, termasuk dengan kakak atau adiknya.  Komentar-komentar buruk ini membuat anak merasa rendah diri hingga ia merasa tidak percaya diri. 

Baca Juga: Tip Pupuk Rasa Percaya Diri pada Anak

Secara tak langsung, orang tua memberi kesan bahwa anak bodoh dan tidak berguna. Komentar seperti, “Si A lebih muda darimu, tapi ia jauh lebih pintar” dapat membuat anak merasa bahwa apa pun yang ia lakukan atau katakan tidak benar. 

Menghambat pertumbuhan

Banyak orang tua yang tidak menyadari dampak buruk dari perasaan rendah diri pada si Kecil. Padahal, pada kasus yang parah, inferioritas bisa membuat anak tergagap saat berbicara dan kesulitan berinteraksi dengan orang. Rasa takut salah sepanjang waktu begitu kuat sehingga menghambat pertumbuhannya.

Biasanya penolakan oleh keluarga dan teman, atau ekspektasi yang sangat tinggi seringkali menjadi akar penyebab dari rasa rendah diri. Pandangan seorang anak tentang dirinya sendiri didasarkan pada hal-hal yang dikatakan kepadanya, situasi spesifik yang ia alami, dan cara ia diperlakukan. 

Anak yang diapresiasi dan didukung cenderung menumbuhkan anggapan terhadap diri yang sehat. Sementara anak yang terus-menerus dikritik dan diejek dengan cara yang salah, ia mulai mempertanyakan kompetensi dan kemampuannya. Jika perasaan anak diabaikan, ia akan mulai merasa tidak penting, malu, dan tidak berharga. 

Anak-anak yang mengalami inferioritas akan mengisolasi diri mereka dari orang lain dan sibuk dengan perasaan rendah diri mereka. Saat dewasa, anak-anak ini tidak dapat menghadapi kegagalan dan merasa tidak memiliki kompetensi untuk berhasil dalam hidup.

Moms tentu tidak ingin inferioritas atau rendah diri dialami oleh si Kecil, bukan?

Cara mencegah inferioritas

Tanda-tanda anak mengalami perasaan rendah diri bisa dikenali, Moms. Misalnya anak sering merasa takut/malu, tidak suka bertemu dengan anak-anak seusianya. Kurang percaya diri, menghindari kontak mata saat berbicara, sering menangis saat menyelesaikan sesuatu, mencoba bertindak terlalu pintar, terkadang gagap saat berbicara, sering merasa kesal, atau mencari perhatian dengan berlebihan.

Baca Juga: Simak Cara Mendidik Anak dengan Gentle Discipline

Sebelum terlambat, Moms bisa mencoba langkah-langkah ini untuk mencegah inferioritas atau rendah diri pada anak:

Harapan atau ekspektasi yang tinggi adalah salah satu penyebab utama inferioritas pada anak. Moms harus menyadari hal ini dan menerima anak apa adanya. Alih-alih mendorong si Kecil untuk mencapai hal-hal yang bersifat eksternal, Moms bisa membantu si Kecil menemukan kualitas di dalam dirinya. Harapan terlalu tinggi dibebankan pada anak dapat membuatnya takut gagal, yang pada akhirnya bisa menimbulkan perasaan rendah diri.

Moms pasti memerhatikan bahwa saudara kandung sangat berbeda satu sama lain. Membandingkan terkadang dapat menyakiti hati anak yang mungkin sensitif. Apresiasi anak lebih penting, bahkan untuk pencapaian kecilnya. 

Baca Juga: Pentingnya Membangun Keakraban Kakak Adik

Beberapa anak lebih sensitif dari yang lain, ia mungkin mudah terluka oleh komentar guru atau kenakalan teman. Oleh karena itu, berinteraksi dengan anak setiap hari sangatlah penting. Dengarkan apa yang ia katakan, dan kembalikan kepercayaan diri mereka. 

Memarahi anak di depan umum memiliki dua efek buruk, yaitu ia akan menjadi sasaran empuk bagi orang lain untuk disalahkan, dan anak akan kehilangan kepercayaan kepada Moms. Anak akan merasa malu pada dirinya dan terputus dari orang lain. 

Setiap orang tua mencintai anak mereka. Tetapi apakah anak menyadari hal ini? Jika Moms ingin si Kecil menyadari bahwa Moms menyayanginya, tunjukkan dengan memahami kebutuhannya dan membuat ikatan secara emosional. Misalnya dengan merayakan momen spesial si Kecil dengan antusias, menghormati pendapat anak,  menghabiskan waktu bersama. Jika anak yakin bahwa Moms mencintainya, mentalnya siap untuk menghadapi situasi apa pun.

Berkonsultasi dengan psikolog anak bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah inferioritas pada anak. Kesehatan mental dan emosional anak sama pentingnya dengan kesehatan fisik, Moms. Terluka secara emosional mungkin bisa sembuh seiring waktu, tetapi bekas lukanya tetap ada sampai dewasa.