Perdebatan suami–istri adalah hal yang normal, dan sehat, jika dilakukan dengan cara yang benar. Namun, ada beberapa yang perlu dihindari, terutama  pascapertengkaran supaya tidak mengganggu keharmonisan. 

Moms dan pasangan adalah dua orang yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda pula, jadi wajar saja jika sesekali ada perbedaan pendapat bahkan pertengkaran.

Baca Juga : Dampak Positif Perdebatan Antara Pasangan

Tetapi yang tidak kalah penting adalah cara Moms dan pasangan bertindak setelah pertengkaran. Agar tidak mengganggu kestabilan dan keharmonisan rumah tangga, ada beberapa hal yang sebaiknya Moms dan pasangan lakukan dan hindari usai bertengkar. Apa saja? 

Menghargai kebutuhan pasangan untuk sendiri

Menurut Dr. Megan Flemming, psikolog klinis dan terapis seks, dalam pertengkaran, sering terjadi di mana salah satu pasangan merasa kewalahan sehingga tidak dapat memproses pikirannya sendiri. Itulah pentingnya menghormati keputusan pasangan untuk “beristirahat” untuk menenangkan pikirannya. 

Baca Juga : Tip Harmonis Tinggal Bersama Mertua

Tidak mengabaikan pasangan

Jika Moms membutuhkan waktu sendiri setelah pertengkaran, tidak apa, asal tidak mengabaikan pasangan. Menurut Rachel A. Sussman, psikoterapis dan spesialis hubungan di New York, salah satu kesalahan pasangan setelah pertengkaran adalah bersikap dingin terhadap pasangannya. Jika Moms bersikap dingin dan mengabaikan pasangan, ia akan berpikir Moms “menghukum”-nya. Akibatnya, pasangan akan menahan diri untuk memberi tahu Moms mengenai perasaannya di masa depan. Maka itu, jika Moms masih membutuhkan waktu untuk meredakan emosi dan menenangkan pikiran, beri tahu pasangan, dan pastikan setelahnya keadaan kembali baik-baik saja. Jika permasalahan belum selesai, diskusikan hingga tuntas, sehingga tidak ada lagi perasaan yang mengganjal dan membuat Moms mendiamkan pasangan, begitu pula sebaliknya.

Tidak mencari-cari alasan pertengkaran

Ada banyak alasan yang bisa disalahkan sebagai penyebab pertengkaran dalam rumah tangga, masalah di kantor, sakit kepala, atau kurang tidur. Penelitian oleh University of California Berkeley menemukan pasangan yang kurang tidur cenderung lebih sering bertengkar. Walau begitu, menyalahkan faktor-faktor tersebut tidaklah adil bagi pasangan dan Moms. Menurut Dr. Michelle Golland, PsyD, psikolog klinis di Los Angeles, pertengkaran adalah tentang informasi. Moms merasa marah atau sedih, informasi inilah yang dibutuhkan pasangan. Jika ini terjadi, beri tahu pasangan sehingga ia tahu kondisi hati Moms sedang tidak baik.

Baca Juga : Tips Memperbaiki Pola Tidur untuk Kesuburan

Tidak menyinggung pasangan

Walau Moms masih merasa kesal setelah pertengkaran, tetap hindari mengata-ngatai/menghina pasangan, misal, “pelit” atau “pengecut”, hal ini hanya membuat pasangan membalasnya dengan perkataan yang tidak baik juga.

Tidak berfokus pada penyebab pertengkaran

Lebih baik energi Moms difokuskan pada solusi dari masalah. Menurut Laurie Puhn, seorang mediator para pasangan, perbedaan pertengkaran buruk dan baik terletak pada keberhasilan menemukan solusi atau tidak. Misal saat pasangan lupa membawa uang cash, alih-alih bertengkar dan memarahinya karena lupa, lebih baik mencari solusi untuk mencari ATM terdekat.